Pertokoan Di Hong Kong Tutup, Pemiliknya Ikut Demo
4:45:00 PM
Tambah Komentar
Jakarta - Puluhan ribu warga Hong Kong melaksanakan agresi demo memprotes RUU ekstradisi pada Rabu (12/6) kemarin. Bahkan, untuk mendukung agresi ini, pemilik toko di Hong Kong juga rela menutup tokonya.
Salah satu pemilik Toko, Alan Li menyampaikan agresi demo yang dilakukan lebih penting dibandingkan membuka usahanya di hari itu. Sebab, bila tak dilakukan dikhawatirkan pemerintah sanggup merusak kebebasan dan iktikad pada komersial.
"Meskipun kita tidak sanggup melaksanakan bisnis selama sehari, bagi saya tidak ada yang lebih penting daripada mempertahankan kebebasan berbicara dan kebebasan berpikir," ucap pemilik toko Alca & Co di Tsim Sha Tsui, dikutip dari Reuters, Kamis (13/6/2019).
Dari puluhan ribu demonstran, hampir 100 pemilik toko ikut turun ke jalanan. Mereka berpakaian hitam, dan mengepung dewan legislatif Hong Kong.
Selain itu, di media umum lebih dari 100 toko mengumumkan pemogokan. Adapun, bisnis yang dimaksud ialah toko ritel Gethemall, start up transportasu Call4Van, kedai kopi, toko buku, toko elektronik dan pakaian, restoran dan toko bunga.
"Ah, roh Hong Kong yang sial sedang menaikkan kepala yang buruk lagi. Menolak untuk mundur dalam menghadapi kesulitan," kata Bleak House Books dalam posting di laman Facebook yang mengumumkan agresi pemogokannya.
Tindakan yang dilakukan oleh para pengusaha dan pekerja alasannya ialah RUU ekstradisi telah menyerang banyak orang. Masyarakat menjadi semakin waspada terhadap campur tangan Beijing.
Tak hanya pengusaha, pengacara, mahasiswa pun telah prihatin terhadap terkikisnya hak asasi insan dan otonomi sistem hukumnya yang merupakan salah satu keunggulan kompetitif terpenting Hong Kong.
Li yang menjual gaun ijab kabul dan pakaian resmi semenjak tahun 2015 sendiri menyampaikan tak pernah menutup tokonya kecuali dikala Tahun Baru Imlek. Ia juga mengaku tak nyaman melibatkan bisnisnya dalam politik.
Baca juga: Pusat Bisnis Hong Kong Tutup Imbas Demo |
Namun, tindakan protes tetap harus dilakukan sesuai pendirian. Pasalnya hal ini juga sanggup memengaruhi perekonomian di dalam negeri.
"Jika undang-undang ekstradisi disahkan, ketakutan yang kita perlu hadapi akan semakin mengerikan. Alasan mengapa begitu banyak orang berinvestasi di Hong Kong ialah alasannya ialah kita diatur oleh aturan aturan dan mempunyai catatan hak asasi insan yang baik. Jika undang-undang ekstradisi berlalu, saya yakin para investor akan pergi," ungkapnya.
Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam sendiri mengatakan, pemerintahannya mengubah RUU tersebut untuk memasukkan santunan bagi hak asasi manusia.
Sekretaris pendidikan Konfederasi Serikat Buruh Hong Kong Stanley Ho, menyampaikan serikatnya telah mendorong anggotanya yang berjumlah 190 ribu orang untuk mogok pada hari Rabu.
"RUU ekstradisi sangat berbahaya bagi orang-orang Hong Kong, terutama pekerja Hong Kong," kata Ho.
Sementara itu, Ketua Serikat Pekerja Organisasi Sosial dan Politik Hong Kong, Quentin Cheng Hin-kei menyampaikan kepada Reuters beberapa anggota mereka juga mogok kerja dan serikat pekerja sedang membahas tindakan apa yang selanjutnya dilakukan.
"Bahkan kalau kita menghentikan pemogokan, kita tidak sanggup menghentikan amarah," kata Chen.
HSBC, Standard Chartered dan Bank of East Asia menutup beberapa cabang pusat. Beberapa bank dan perusahaan akuntansi Big Four telah setuju untuk pengaturan kerja yang fleksibel untuk staf, media melaporkan.
Hong Kong Jockey Club, salah satu merek paling populer di Hong Kong juga menutup tiga cabang utamanya. Alasan untuk keselamatan karyawan.
Kekhawatiran wacana iktikad investor dan kegiatan perdagangan yang lambat berdampak pada pasar. Saham Hong Kong berguguran dan seruan uang tunai melonjak, mengirim suku bunga pinjaman antar bank ke tertinggi multi-tahun.
Puluhan Ribu Massa Tumpah Ruah di Hong Kong:
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "Pertokoan Di Hong Kong Tutup, Pemiliknya Ikut Demo"
Posting Komentar