Segudang Duduk Kasus Keuangan Milenial (4)

Foto: Rachman HaryantoFoto: Rachman Haryanto

Jakarta - You only live once alias YOLO. Inilah pepatah yang banyak kita dengar dari generasi milenial. Akibatnya banyak dari mereka yang lebih suka menghambur-hamburkan uang dibandingan menabung dan berinvestasi.

Cara berpikir menyerupai ini yang kemudian menjadikan generasi milenial lebih suka jalan-jalan ketimbang punya rumah dulu. Buat mereka pengalaman (experience) lebih penting daripada yang lain.

Apalagi dengan adanya media sosial, menciptakan milenial berlomba-lomba mencapai negara-negara tersebut untuk kemudian berfoto ria dan posting di Internet. Siapa yang posting pertama atau posting foto terkece akan merasa lebih dari yang lainnya. Tidak salah jikalau kemudian generasi ini dianggap generasi narsis.

Lalu apa akibatnya? Banyak dari mereka yang kemudian hidup dari bulan ke bulan tanpa aset. Mereka masih beruntung sebab ketika ini banyak perusahaan berbasis aplikasi yang memperlihatkan barang (biasanya makanan) dengan diskon atau 'cash back'.

Salah satu perencana keuangan lulusan kami yang ketika ini bekerja belahan HRD pada sebuah perusahaan dengan karyawan milenial yang jumlahnya ratusan menyampaikan testimoni sekaligus curhat yang isinya kurang lebih sebagai berikut.

Bahwasanya betul sekali stigma yang selama ini menyampaikan milenial suka jalan-jalan (travelling) dan menghabiskan uang mereka di sana. HRD ini sering mendapati atau mendengar karyawannya yang sibuk mencari promo tiket dan mempersiapkan liburan per 3-6 bulan sekali.

Akibatnya sanggup ditebak uang mereka niscaya habis, apalagi kini beberapa OTA (Online Travel Application) menyampaikan kemudahan jalan-jalan dulu kemudian bayarnya nyicil di belakang.

Selain hobi jalan-jalan milenial ini juga hobi nongkrong dan ngopi. Mereka menyebutnya ngopi-ngopi anggun dan makan mewah.

Nah ketika gres gajian, antara tanggal 25-1 setiap bulan para milenial ini berlomba lomba makan glamor dan ngopi cantik. Memasuki ahad ke 2-3 setiap bulannya para milenial ini kemudian berburu promo dan diskonan menyerupai buy 1 get 1 atau cash back yang kemudian harganya dibagi di antara mereka.

Jadi bukannya mengurangi jadwal jajan, ngopi anggun atau makan mewah, mereka lebih menentukan tetap menjalani gaya hidup mereka tapi dengan mencari alternatif cara berupa berburu diskon dan promo.

Sementara kita semua tau bahwa promo dan diskon tersebut tidak selalu ada dan juga tidak selamanya akan ada terus sebab itu hanya salah satu bentuk perusahaan berbasis aplikasi mencari pengunduh dan pengguna aplikasi mereka.

Jadi, lupakan yang namanya cash flow sehat, lupakan yang namanya punya aset. Boro-boro rumah atau apartemen, bahkan kendaraan beroda empat saja mereka mengganggp tidak perlu. Aset terpenting mereka yaitu smartphone dan laptop yang harganya setara dengan motor bahkan motor jenis balap.

Apakah hal ini sehat? Sudah barang tentu tidak. Masa menyerupai ini hanya sanggup dinikmati dalam kurun waktu 5 tahun dari mulai bekerja pertama kali. Setelah itu ketika milenial ingin mempersiapkan hidup mereka (menikah, punya anak dll) maka akan diperlukan sejumlah dana yang tidak mengecewakan besar.

Padahal jikalau mereka mulai menabung dan berinvestasi dari honor mereka sedikit saja, dalam waktu 5 tahun seharusnya mereka sudah mempunyai cukup dana. Ini dikenal dengan istilah time value of money.


Milenial harus mengerti pentingnya menabung dan investasi dari semenjak awal/dini. Itu yang dipelajari di kelas dan workshop perencanaan keuangan yang dilaksanakan oleh tim ARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari perihal bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari perihal Reksadana. Ada juga workshop khusus perihal Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda sanggup berguru perihal perencanaan keuangan komplit, bahkan sanggup jadi konsultannya dengan akta Internasional sanggup ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya sanggup dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda sanggup diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Ketika generasi milenial ini dalam 5 tahun pertama pekerjaan mereka cenderung boros menyerupai pola di awal artikel ini, bahwasanya mereka tidak hanya menghabiskan uang tapi juga waktu, dan waktu ini jauh lebih berharga dan tidak sanggup didapatkan kembali.

Sebagai perbandingan bila anda ingin mendapat uang contohnya Rp 100 juta dalam waktu 10 tahun dengan bunga setara deposito contohnya 6%. Maka bila waktu anda masih 10 tahun anda cukup mencicil sebesar Rp 600 ribuan per bulan.

Sementara jikalau 5 tahun waktu anda buang, maka anda hanya punya sisa 5 tahun, maka cicilan anda akan menjadi lebih dari Rp 1,4 juta per bulan atau naik lebih dari 2 kali lipat.

So? Masih mau hura-hura demi mengejar foto anggun di Instagram dan media umum lainnya?


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari kawan yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.

Sumber detik.com

Belum ada Komentar untuk "Segudang Duduk Kasus Keuangan Milenial (4)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel