Sang Mudawim Sholawat Nariyah Itu Telah Bertemu Kekasih-Nya
5:10:00 PM
Tambah Komentar

Abdul Fatah
17 Sya'ban 1440 H
Sholawat Nariyah, sudah jama' dikalangan kita -kaum nahdliyin- mendengar dan mengamalkannya. Adalah Syaikh Ahmad At-Tazi al-Maghribi (Maroko) penyusun dari sholawat itu. Menurut Syaikh Abdullah al-Ghummari, penamaan Nariyah terjadi tashif atau perubahan dari kata yang bantu-membantu taziyah. Sebab keduanya mempunyai kemiripan dalam goresan pena Arab, yaitu النارية dan التازية yang berbeda pada titik huruf. Di Maroko sendiri shalawat ini dikenal dengan shalawat Taziyah, sesuai nama kota pengarangnya.
Sementara Syaikh Muhammad Haqqi Afandi An-Nazili, dalam kitabnya Khazinatul Asrar, mengutip perkataan Syaikh Al-Qurthubi menamai Shalawat ini dengan Shalawat Tafrijiyah, diambil dari teks yang terdapat di dalamnya yaitu (تنفرج). Demikian pula Syaikh Yusuf bin Ismail An-Nabhani menyebut dengan nama shalawat At-Tafrijiyah dalam kitabnya Afdlal ash-Shalawat ala Sayidi as-Sadat.

Almarhum KH. Achmad Sibawayhie Syadzli sendiri sudah menerima sanad Sholawat ini dari gurunya KH Abdul Aziz putra KH Ali Wafa Temporejo Jember semasa dia masih mondok. Dan juga menerima sanad yang bersambung ke penyusunnya dari Syeikh Amin Al-Quthbi ketika dia menunaikan Ibadah Haji pertama tahun 1971, dari sanad inilah dia mengamalkan bacaan Sholawat Nariyah sebanyak 4444 kali.
Sepulang dari haji pertama itu, pada tahun 1972 ketika dia masih tinggal di Kalianget Banyuglugur, dia mulai mengajak beberapa orang untuk mengamalkan pembacaan sholawat Nariyah 4444 dengan istiqomah setiap malam Jum'at, pada ketika itu gres sekitar 7 orang saja. Jama'ah ini tidak berkembang signifikan, alasannya yakni prinsip dia yakni keistiqomahan biar sedikit asal istiqomah lebih baik daripada banyak jama'ah namun akibatnya bubar.
Ketika dia hijrah ke desa Demung untuk mendirikan pesantren, pembacaan Sholawat 4444 itu tetap istiqomah dia jalankan dengan mengajak seluruh santri baik putra maupun putri. Prinsip dia tetap sama tidak ingin mengajak ratusan atau ribuan jamaah alasannya yakni khawatir tidak bertahan usang namun tidak ekslusif untuk kalangan sendiri tetapi juga terbuka bagi siapapun yg ingin ikut dia persilahkan.
Beliau benar-benar andal Sholawat dan andal tirakat yg sangat istiqomah, tidak jarang pembacaan sholawat sebanyak 4444 kali dia baca sendirian tanpa dibagi dan dibantu orang lain, bahkan dalam usia yg sudah senja dia masih berpengaruh duduk berjam-jam di hadapan makam Rasulullah mulai dari Ashar hingga selepas Isya' tanpa berganti posisi dan kawasan sedikitpun. Semua ini dia lakukan demi santri-santri dan anak cucu beliau.
Pembacaan Sholawat Nariyah sudah biasa dia amalkan semenjak muda dan terus istiqomah dia amalkan dalam keadaan apapun, bahkan sekitar 3 jam menjelang wafatnya, dia meminta para asatidz yang tiba menjenguknya di rumah sakit untuk mengadakan istighosah Sholawat Nariyah di dekatnya, dan di selesai istighosah dia masih berkenan berdo'a dengan instruksi menengadahkan tangannya meski dengan segala keterbatasannya.
Beliau Kyai yang sederhana, bergaul dengan semua orang baik yang berpangkat maupun yg jelata tidak ada perbedaan baginya. Beliau selalu menghadiri usul siapapun dimanapun dan selalu hadir sempurna waktu sesuai dengan jam yg sudah ditentukan bahkan tidak jarang sebelum jam acaranya dia sudah ada di tempat.
Beliau selalu mengajak putranya atau juga penulis untuk mengantarkan ke kawasan undangan. Penulis menyadari ternyata yg dia lakukan merupakan sebuah pendidikan bil hal yang dia ajarkan kepada putra dan cucunya bagaimana melayani umat.
Beliau yakni Kyai yg sangat sering sekali menerima isyarah-isyarah langit tetang kejadian dan petaka yg akan terjadi. Dan isyarah itu selalu dia sampaikan kepada orang lain sebagai pengingat dan nasihat.
Hubungan dia dengan Rasulullah sudah sangat erat, ini dibuktikan dari seringnya dia bertemu Rasulullah baik dalam mimpi maupun mukasyafah. Berdasar dongeng beliau, pada ketika penikahan orang bau tanah penulis, Rasulullah hadir dengan menaiki kereta dari cahaya dan ketika Rasulullah turun dari kereta, permadani hijau terbuka menjadi bantalan telapak kaki yg mulia Rasulullah.
Sekitar 40 hari sebelum wafatnya, dia sudah memberi kabar kepada salah satu putranya (KH. Mahfud), bahwa usianya sudah menjelang akhir. Beliau menuturkan bahwa telah dinantikan Rasulullah. Sang putra menerjemahkan lain, mungkin maksudnya biar dia umroh lagi, namun dia menolak alasannya yakni lebih baik bertemu pribadi dengan Sang kekasih, Rasulullah SAW.
Penulis sangat yakin dia salah satu Waliyullah, gejala itu sangat nampak terang dimata meski tanpa karomah khoriqul 'adah. Keistiqomahan, keserdehanaan, keihklasan, ketawadluan, akhlak, serta nasihat nasihat beliau, sudah sangat cukup mendiskripsikan dia yakni Waliyun min Auliyaillah.
Selamat jalan Kyai..
Engkau telah berjumpa kekasihmu.
Belum ada Komentar untuk "Sang Mudawim Sholawat Nariyah Itu Telah Bertemu Kekasih-Nya"
Posting Komentar