As Dan China Mulai Akur, Saatnya Beli Reksa Dana Obligasi
11:34:00 AM
Tambah Komentar
Jakarta - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping telah bertemu ketika perhelatan G20. Pertemuan itu ditanggapi sebagai sinyal meredanya ketegangan di antara kedua negara ekonomi terbesar di dunia itu.
Menurut Senior Portfolio Manajer Fixed Income PT Manulife Aset Manajemen Indonesia (MAMI), Syuhada Arief para pelaku pasar cukup menanggapi positif hasil pertemuan itu. Apalagi perundingan antar kedua negara itu berlanjut.
"Pemerintah Amerika Serikat juga oke untuk mengendurkan restriksi bisnis terhadap perusahaan telekomunikasi China. Perkembangan ini mengindikasikan tensi antara kedua negara sedikit mereda, sehingga dibutuhkan perundingan ke depannya sanggup dilakukan dengan kepala cuek dan sanggup lebih membuahkan hasil positif," ungkapnya dalam keterangan tertulis, Rabu (17/7/2019).
"Ekspektasi kami semenjak perang dagang ini dimulai yaitu perundingan akan terjadi berkepanjangan. Saat ini ekspektasi pasar telah beralih mengarah ke pandangan ini dan sudah mengantisipasi bahwa hanya ada kemungkinan kecil jika janji tercapai dalam waktu dekat," tambahnya.
Baca juga: Segudang Masalah Keuangan Milenial (6) |
Oleh alasannya itu, apabila perundingan dagang kembali memanas, ia memperkirakan pasar tidak akan lagi terlalu terkejut menyerupai yang terjadi di bulan Mei lalu. Sebab ekspektasi pasar sudah sangat rendah.
Syuhada juga memperingkatkan bahwa sekitar 16 bulan lagi AS menggelar pemilu. Tentunya perundingan dagang dengan China akan menjadi resolusi bagi Trump untuk kembali mencalonkan diri. Dengan begitu AS ketika ini diyakini akan menghindari terjadinya eskalasi perang dagang besar-besaran.
Sementara dari sisi ekonomi global memang terjadi penurunan pertumbuhan, terutama di sektor manufaktur dan perdagangan. Namun menurutnya terlalu dini untuk menyimpulkan kondisi ini sebagai sinyal akan terjadinya resesi global.
Saat ini banyak sekali bank sentral global sudah merubah arah kebijakannya dan bersikap lebih akomodatif untuk menopang pertumbuhan ekonomi. The Fed, Bank Sentral Eropa, Bank Sentral Jepang menyatakan tidak akan ragu-ragu untuk menurunkan suku bunga atau melaksanakan kebijakan lainnya untuk membantu menopang pertumbuhan ekonomi.
Oleh alasannya itu, Syuhada menilai masih ada potensi penguatan lanjutan di pasar obligasi Indonesia yang sampai final Juni sudah mengalami penguatan 8,21%. Iklim pasar finansial ketika ini sangat suportif bagi pasar obligasi domestik.
"Kebijakan The Fed mengarah lebih akomodatif, adanya potensi penurunan suku bunga Bank Indonesia, dan kenaikan peringkat kredit Indonesia dari S&P merupakan faktor-faktor yang positif bagi pasar obligasi Indonesia. Selain itu ketika ini sekitar 29% dari obligasi di dunia (sekitar US$ 12,5 triliun) berada pada level imbal hasil negatif," terangnya.
Kondisi tersebut berpotensi mendorong global yield hunt, di mana investor akan mencari investasi yang masih memperlihatkan imbal hasil positif. Pasar obligasi Indonesia sanggup diuntungkan dari situasi ini alasannya obligasi Indonesia memperlihatkan imbal hasil yang tinggi.
Belum lagi kondisi makroekonomi Indonesia juga suportif, di mana nilai tukar rupiah bergerak stabil, dan kondisi politik pasca pemilu juga sudah lebih tenang. Gabungan semua hal tersebut membuat iklim yang sangat aman bagi pasar obligasi domestik.
"Kesimpulannya, kami memandang masih ada upside potential untuk pasar obligasi Indonesia ke depannya," tekannya.
Syuhada menyarankan akan menentukan reksa dana obligasi ketimbang membeli obligasi secara langsung. Menurutnya ada beberapa keunggulan berinvestasi di reksa dana obligasi menyerupai minimum investasi di reksadana obligasi relatif terjangkau.
"Hanya dengan Rp 100 ribu investor sanggup mulai berinvestasi di reksa dana obligasi. Sementara untuk membeli obligasi secara eksklusif dibutuhkan minimum investasi yang jauh lebih besar," tambahnya.
Kemudian secara pengelolaan dilakukan secara aktif. Reksa dana obligasi dikelola oleh tim manajer investasi yang profesional dengan seni administrasi pengelolaan aktif. Pengelolaan aktif artinya manajer investasi sanggup merubah posisi lebih bergairah atau lebih konservatif sesuai dengan outlook dan kondisi pasar terkini.
Simak Video "Jokowi Antisipasi Dampak Perang Dagang AS-China"
[Gambas:Video 20detik]
Sumber detik.com
Belum ada Komentar untuk "As Dan China Mulai Akur, Saatnya Beli Reksa Dana Obligasi"
Posting Komentar