Jokowi Kurangi Pajak Demi Investasi, Faisal Basri: Diagnosanya Salah
4:11:00 PM
Tambah Komentar
Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) berjanji akan menawarkan diskon pajak besar-besaran kepada dunia usaha. Syaratnya, pelaku perjuangan harus investasi dalam bidang pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) serta penelitian.
Insentif ini dimuat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 45 Tahun 2019 ihwal Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2010. Dalam hukum ini, Jokowi menawarkan diskon paling tinggi sampai 300%.
Namun berdasarkan Pengamat Ekonomi Faisal Basri kebijakan tersebut salah diagnosa. Maksud pemerintah ingin menyebarkan industri sambil meningkatkan kualitas SDM juga investasi. Faisal menjelaskan, dari sisi investasi justru tidak ada masalah.
Baca juga: RI dan Singapura Mulai Nego soal Pajak |
Memang pertumbuhan investasi lebih besar ke sektor jasa dibanding industri, hampir dua kali lipatnya. Namun berdasarkan Faisal pemerintah cukup mendorong pertumbuhan industri dengan tidak memaksa mereka mengeluarkan uang untuk berinvestasi di bidang SDM.
"Soal tenaga kerja kurang kan tidak dapat simpel dibikin universitas begitu saja. Ya ambil saja dari India. Di Indonesia juga restriksinya tinggi sekali. Kalau di Malaysia contohnya 1 pekerja absurd berbanding 17 pekerja lokal. Di Indonesia 1 pekerja absurd berbanding 2 ribu pekerja lokal," tambahnya.
Lagi pula, lanjut Faisal, pertumbuhan di sektor jasa juga menarik minat dari pekerja. Banyak dari kaum pekerja muda yang jauh lebih menentukan bekerja di sektor jasa menyerupai startup misalnya.
"Jumlah pekerja industri penghasil barang hanya 45%. Sisanya di sektor jasa. Anak-anak muda berbondong-bondong menjadi pengacara, bekerja di startup, berdagang. Ya wajar, mereka mau kaya. Anak-anak muda enggak mau lagi kerja di industri kok dipaksa," ucapnya.
Belum ada Komentar untuk "Jokowi Kurangi Pajak Demi Investasi, Faisal Basri: Diagnosanya Salah"
Posting Komentar