Produsen Bir Ini Punya Utang Segunung

Ilustrasi/Foto: IstimewaIlustrasi/Foto: Istimewa

Jakarta - Anheuser-Busch InBev telah menjadi perusahaan kerajaan bir dengan mengakuisisi pesaingnya SABMiller. Namun perusahaan membangun bisnis bir yang luas dengan utang yang besar.

Proses akuisisi itu menciptakan perusahaan lebih cepat melaksanakan penetrasi ke pasar Afrika. Namun pengambilalihan SABMiller juga menciptakan AB InBev mempunyai utang lebih dari US$ 100 miliar atau setara Rp 1.400 triliun.

Pelaku pasar Wall Street dan perusahaan pemeringkat utang mendorong AB InBev untuk menuntaskan utangnya yang sudah menggunung demi memperbaiki neraca keuangannya. Perusahaan pun telah berupaya dengan memotong dividennya, menurunkan bisnisnya di Australia sebesar US$ 11,3 miliar dan mengeksplorasi pencatatan saham di pasar modal untuk divisi Asia-Pasifik.

"Semua orang mengharapkan mereka melaksanakan deleverage lebih cepat," kata Laurent Grandet, analis utama minuman dan masakan di Guggenheim Securities.

Rasio utang terhadap kas perusahaan melonjak drastis sesudah mengakuisisi SABMiller pada final 2016. Pada final tahun itu, utang higienis perusahaan naik menjadi sekitar 5,5 kali dari EBITDA. Angka itu lebih dari dua kali lipat leverage pre-deal perusahaan dan jauh di atas sasaran EBITDA.

Jumlah utang itu menciptakan peringkat utang perusahaan mengkhawatirkan. Perusahaan disebut hanya mempunyai sedikit uang untuk berinvestasi di masa depan.



Tahapan pembayaran utang AB InBev belakangan ini juga melambat. Hal itu karena pasar minuman di AS yang terus menurun.

"Pangsa pasar mereka terus-menerus terkikis selama 10 tahun terakhir di Amerika Serikat," kata Analis Fitch Ratings Giulio Lombardi.

AB InBev juga dirugikan oleh persoalan ekonomi. Kesepakatan SABMiller meningkatkan eksposur perusahaan ke pasar negara berkembang yang cepat namun fluktuatif. Meskipun itu masuk logika mengingat penurunan kinerja di Amerika Serikat dan pasar yang matang ibarat Eropa Barat, menjadi bumerang pada awalnya karena Brasil dan Afrika Selatan jatuh ke dalam resesi.

Permasalahan itu, ditambah dengan tumpukan utang, memaksa AB InBev memangkas dividen sebesar 50% pada Oktober untuk menghemat uang tunai sekitar US$ 4 miliar. Lombardi, mempertanyakan mengapa AB InBev tidak menciptakan keputusan itu lebih awal.

"Seandainya mereka mulai membayar utang dengan mengurangi dividen semenjak dini, mereka tidak akan mempunyai tumpukan utang ini," katanya.

Dalam perkara apa pun, Lombardi menyampaikan upaya pemangkasan dividen tidak cukup untuk menghindari penurunan peringkat kredit.

Itu sebabnya AB InBev berharap sanggup mengumpulkan uang tunai sebesar US$ 9,8 miliar dengan mendaftarkan anak usahanya dengan melaksanakan IPO di pasar modal Asia-Pasifiknya ibarat Hong Kong. Aksi korporasi itu akan menjadi IPO terbesar tahun ini.

Namun, AB InBev tiba-tiba menarik niatan IPO awal bulan ini. Ada beberapa faktor termasuk kondisi pasar.



Simak Video "Utang Pemerintah Tembus Rp 4.570 Triliun"
[Gambas:Video 20detik]

Sumber detik.com

Belum ada Komentar untuk "Produsen Bir Ini Punya Utang Segunung"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel