7 Diam-Diam Sukses Keuangan Anti Krisis Ala Tionghoa (1)

Ilustrasi Foto: Rengga SancayaIlustrasi Foto: Rengga Sancaya

Jakarta - Berapa penghasilan Anda per hari?

Apa yang anda pikirkan ketika ada yang tiba-tiba menanyakan penghasilan anda? Apalagi kalau yang bertanya yaitu orang yang gres saja anda kenal lima menit yang lalu?

Begitulah perasaan saya ketika ngobrol bareng Zhao. Saya kaget dan gundah harus jawab apa. Zhao yaitu warga negara China dan belum pernah ke Indonesia sebelumnya.

Saya jadi grogi sendiri sebab kaget budaya. Sementara beliau lurus-lurus saja menunggu tanggapan saya.

Mungkin banyak orang Indonesia merasa tidak nyaman membicarakan keuangan pribadinya. Tapi tidak demikian di China. Pembicaraan mengenai uang dan penghasilan yaitu hal yang biasa saja.

Mungkin bisa disamakan ibarat ringannya dialog kita perihal skandal selebrita tanah air. Budaya keuangan berbeda antara satu negara dengan negara lain.

Orang Amerika Serikat (AS) mungkin lebih sering bicara pendapatan tahunan, return dan kekayaan bersih. Orang Tionghoa lebih sering memakai istilah pendapatan harian, risiko, dan tabungan.

Sementara teman-teman saya lebih sering bicara cicilan, pokok dan denda. Hahaha...

Budaya uang Tionghoa nampaknya terbukti tahan krisis ekonomi. Setidaknya di AS. Karena berdasarkan Forbes, orang-orang Asia Amerika di AS terutama etnis Tionghoa hanya mengalami guncangan ekonomi minimal ketika krisis 2008.

Menurut banyak andal Sinologi, filosofi Konfusius memberi banyak imbas dalam budaya keuangan China selama ribuan tahun. Lalu, ibarat apa kebiasaan sukses keuangan ala orang China yang anti topan krisis? Inilah 7 di antaranya yang bisa kita pelajari:

1. Pemasukan harus lebih besar dari pengeluaran
Walau sederhana, ini yaitu prinsip utama dalam keuangan Tionghoa. Prinsip ini mengajarkan kita untuk menjaga biaya hidup biar selalu lebih kecil daripada pendapatan. Walau sepele, banyak orang merasa kesulitan menjalankannya. Bahkan menghitung berapa pemasukan dan pengeluarannya setiap bulan saja merasa tersiksa.

Apalagi jaman modern ini begitu banyak godaan. Kadang kita khilaf meningkatkan gaya. Walaupun bahwasanya pendapatan kita belum bisa tapi dipaksakan sebab takut aib dianggap tidak punya. Hasilnya pengeluaran kita jauh lebih besar dari pemasukan dan harus ditutup dengan utang.

Mungkin kita perlu ingat pelajaran fisika dulu. Gaya selalu berbanding lurus dengan tekanan. Jika hidup kita penuh tekanan mungkin sebab terlalu banyak gaya.

2. Menabung sebanyak-banyaknya
Anda mungkin ketika ini sudah berhasil menyisihkan pemasukan anda untuk tabungan dan investasi. Jika 10% saja dari pemasukan bisa anda sisihkan maka anda sudah berada di atas rata-rata rumah tangga Indonesia.

Wajar saja kalau OJK selalu mengkampanyekan menabung dan investasi sebab rata-rata tabungan rumah tangga Indonesia hanya 8,5% dari pendapatan.

Beda Indonesia tentu beda China. Data 2016 menyebutkan rumah tangga di China menyisihkan rata-rata 46% dari pendapatannya untuk tabungan. Bahkan untuk kasus yang ekstrim bisa 60% dari pendapatan.

Tunggu dulu. Ini sederhana atau hemat ya?

Pemerintah China pun dibentuk pusing oleh kebiasaan ekstrim warganya untuk menabung ini. Kalau hingga lebih banyak didominasi uang ditabung saja, tentu produksi dalam negeri jadi tidak laku.

Apalagi ketika ini ekspor China menurun sebab drama perang dagang internasional. Maka pemerintah China ketika ini sedang gencar mengkampanyekan pada rakyatnya untuk belanja atau investasi.

Memang kita tidak perlu hingga menyisihkan 60% pendapatan. Tetapi pelajaran yang bisa dipetik yaitu siapapun bisa menyisihkan berapapun asal mau dan konsisten.


Bagaimana biar bisa menabung dan berinvestasi setiap bulan? Belajar deh di workshop Perencanaan Keuangan dan Investasi yang dilaksanakan oleh tim IARFC Indonesia atau tim AAM & Associates.

Di Jakarta dibuka workshop sehari perihal bagaimana cara Mengelola Gaji dan Mengatur Uang bulanan dan Belajar dan Teknik Menjadi Kaya Raya dan juga workshop sehari perihal Reksadana. Ada juga workshop khusus perihal Asuransi membahas Keuntungan dan Kerugian dari Unitlink yang sudah anda beli.

Karena banyak permintaan, dibuka lagi workshop Komunikasi yang memukau lawan bicara anda (menghipnotis), cocok untuk anda orang sales & marketing, untuk komunikasi ke pasangan, anak, boss, anak buah, ke siapapun, info.

Untuk ilmu yang lebih lengkap lagi, anda bisa berguru perihal perencanaan keuangan komplit, bahkan bisa jadi konsultannya dengan akta Internasional bisa ikutan workshop Basic Financial Planning dan workshop Intermediate dan Advance Financial Planning di Pertengahan Info lainnya bisa dilihat di www.IARFCIndonesia.com (jangan lupa tanyakan DISKON paket)

Anda bisa diskusi tanya jawab dengan cara bergabung di akun telegram group kami "Seputar Keuangan" atau klik di sini.

Apalagi belakang layar sukses keuangan ala Tionghoa? Kita simak sambungannya di artikel berikutnya.


Disclaimer: artikel ini merupakan kiriman dari kawan yang bekerja sama dengan detikcom. Redaksi detikcom tidak bertanggung jawab atas isi artikel yang dikirim oleh mitra. Tanggung jawab sepenuhnya ada di penulis artikel.

Sumber detik.com

Belum ada Komentar untuk "7 Diam-Diam Sukses Keuangan Anti Krisis Ala Tionghoa (1)"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel